21
Juni 2018 adalah hari kelima Pekan Kreativitas
Anak. Hari ini menjadi hari yang cukup meriah karena diisi sesi permainan
tradisional. Kalau dua hari yang lalu anak-anak belajar permainan lokal seperti
kasti, asen, gici-gici, maka bedanya hari ini mereka belajar permainan
tradisional Maluku yang sudah hampir tidak pernah lagi dimainkan oleh anak-anak
jaman ‘now’.
Permainan yang diikuti
pada hari ini antara lain : ‘lemon
nipis’, ‘skola batu’, ‘mariyete mariyo’, ‘orang buta’. Anak-anak dalam
kelompok memulai pada setiap spot permainan. Setelah bunyi sirine mereka akan
berpindah tempat ke spot permainan lainnya.
Permainan órang buta dapat dijelaskan sebagai
berikut : anak-anak membentuk lingkaran. Ditengah lingkaran ada teman yang jadi
orang buta. Matanya bisa ditutup pakai kain. Semua anak bernyanyi “leng kalileng kalileng orang buta, ada anak
kecil di tangkap orang buta..buta!!”
Sesudah itu mereka duduk di lantai. Anak yang jadi orang buta akan
berusaha menangkap 1 temannya. Jika orang buat berhasil menebak nama temannya
maka teman itu akan berganti jadi orang buta. Jika dia tidak berhasil menebak
maka anak itu masih tetap menjadi orang buta.
Permainan ‘mariyete mariyo’, dulunya dimainkan
ketika bulan purnama. Anak-anak berkumpul menjadi dua kelompok. Kedua kelompok
selanjutnya bernyanyi berbalas-balasan sebagai berikut:
Kelompok 1 : “beta kaya..kaya..kaya mariyete mariyo”
Kelompok 2 : “beta miskin miskin miskin mariyete mariyo”.
Kelompok 1 : “beta la..mo minta ciwa..daripada banyak orang mariyete mariyo”
Kelompok 2 : “ose la..mo kasih apa mariyete mariyo”
Kelompok 1 : “beta la..mo kasih boneka mariyete mariyo”
Kalau kelompok dua setuju memberika
ciwa maka kelompok 2 menyanyi
Kelompok 2 : “ambel dia par ose jua.. mariyete mariyo”
Demikian berlanjut
sampai ada kelompok yang habis atau berkurang banyak anggotanya. Kalau sudah
tinggal satu orang selanjutnya kelompok yang menang akan menyanyi lagu “setang galojo ana bongso gamu”. Sementara
satu orang yang tinggal akan berusaha untuk mengambil anak bungsu yang ada di
tengah lingkaran. Kelompok yang punya anak bungsu akan berusaha melindungi anak
bungsu itu supaya jangan diambil oleh setan.
Permainan lemon nipis
adalah permainan yang banyak dimainkan juga di daerah-daerah lain. Permainan
ini memiliki nama yang berbeda-beda misalnya ular naga panjang sekali. Lagu
yang dinyanyikan oleh anak-anak antara lain :
“lemon
nipis taguling guling, Guling apa di lobang cacing
Saratus julung julung, Dua ratus di
kawalinya linya linya linya nya”
Permainan skolah batu menurut anak-anak adalah
permainan yang paling seru. Dua kelompok duduk berhadap-hadapan. Ada satu teman
berdiri dibelakang yang berfungsi sebagai raja. Raja akan mengecoh lawan di
depan untuk menyimpan batu di salah satu tangan temannya. Mereka akan bernyanyi
sambil raja berusaha menaruh batu. Kelompok lawan akan berusaha menebak, batu
disembunyikan di tangan siapa. Kalau kelompok lawan menebak dengan tepat, maka
kelompoknya akan mendapat giliran untuk menyimpan batu. Kalau kelompok lawan
salah menebak maka kelompok yang menang akan naik kelas.
Setelah makan siang,
anak-anak melanjutkan sesi mereka dengan topik Daur Ulang. Sesi ini
difasilitasi oleh ibu Irene Sohilait dari Green Moluccas.
Anak-anak sudah
menyiapkan 6 buah botol air mineral bekas di tiap kelompok dan sampah saset
yang sangat banyak. Mereka mendapat informai tentang limbah plastik yang tidak
akan terurai di dalam tanah bahkan sampai ratusan tahun. Selain itu mereka juga
mendapatkan informasi tentang kode yang di cetak di produk plastik. Kode-kode
itu memberi perbedaan jika wadah plastik dapat digunakan berulang kali atau
hanya dapat digunakan satu kali saja.
Sesudah itu anak-anak
diminta untuk membuat daur ulang yang disebut “ECO BRICK”. Yang harus
dikerjakan adalah plastik saset dimasukkan ke dalam botol plastik sambil
ditekan-tekan dengan tongkat sampai padat. Proses ini cukup menghabiskan waktu
karena untuk menghasilkan sampah yang padat harus ditekan dengan konsisten dan
kuat.
No comments:
Post a Comment